Arsenal Tahu Caranya Bertahan

faktabola

Attack wins you games, defence wins you titles. Menyerang membuatmu memenangi pertandingan, bertahan membuatmu memenangkan gelar. Adagium tersebut cukup populer di sepakbola. Sering kali ditujukan untuk menegaskan pentingnya aspek defensif sebuah tim dalam perebutan gelar.

Dalam perebutan Liga Inggris 2025/26, saat ini Arsenal sedang memimpin di puncak klasemen dengan raihan 26 poin. Benar musim masih panjang, menyisakan 27 pertandingan, dan mereka hanya terpaut 4 poin dari tim di belakangnya, Manchester City. Namun, berdasarkan adagium yang telah disebutkan di awal tulisan, Arsenal tetap punya peluang menjadi juara liga. Sebab aspek defensif mereka merupakan yang terbaik.

Per tulisan ini dibuat, Arsenal masih menjadi tim dengan kebobolan paling sedikit di liga. Mereka baru kebobolan 5 gol dari 11 pertandingan. Bahkan expected goals against yang ditorehkan Arsenal berada di angka 7,77 (juga paling kecil di liga). Itu artinya secara kualitatif mereka bisa kebobolan lebih daripada itu, tetapi kenyataannya mampu diredam.

Bulan Oktober 2025 menjadi periode yang paling menggambarkan betapa solidnya pertahanan Arsenal. Selama bulan ini mereka memainkan 6 pertandingan dari tiga kompetisi berbeda. Semuanya berakhir menang tanpa sekali pun kebobolan. Tanpa sekali pun kebobolan! Pertahanan Arsenal serupa benteng yang sulit ditemukan celahnya, apalagi dibobol. Menariknya, dalam enam kemenangan itu mereka juga berhasil mencetak 12 gol.

Tim asuhan Arteta menunjukkan bahwa dalam perebutan gelar tidaklah cukup hanya dengan memaksimalkan aspek bertahan, tetapi juga aspek menyerang. Dari 11 pertandingan sejauh ini, mereka telah berhasil membukukan 20 gol, hanya sedikit di belakang Manchester City (23 gol) dan Chelsea (21 gol). Di depan gawang lawan, produktivitas bukan masalah bagi Arsenal.

Sedikit kilas balik, di awal musim mereka berupaya meningkatkan kedalaman skuad. Nama-nama seperti Pierro Hincapie dan Cristhian Mosquera didatangkan untuk melapisi duet Saliba dan Gabriel. Kepa Arrizabalaga disebrangi dari rival sekota supaya bisa dimainkan secara bergantian dengan David Raya di laga-laga yang tidak sedikit sepanjang musim. Eberechi Eze dan Viktor Gyokeres juga bisa menjadi tumpuan bila sewaktu-waktu Odegaard dan Kai Havertz harus menepi karena cedera. Keseimbangan semacam inilah yang dikehendaki Arteta demi mengatasi kerapuhan yang kambuhan di musim lalu. Buahnya sudah mulai kelihatan: Mereka menyerang dan bertahan dengan sama baiknya.

Tambahan pemain di berbagai area memfasilitasi Arteta untuk mengajukan pendekatan yang lumayan berbeda dibandingkan musim lalu. Arsenal terlihat bermain lebih direct dan tidak seagresif musim lalu dalam melakukan pressing. Satu hal lain yang meningkat secara kasatmata adalah mereka semakin menguasai teknik memaksimalkan set piece (tendangan penjuru, tendangan bebas, dan lemparan ke dalam).

Maka, bukan sesuatu yang mustahil jika Arsenal pada akhirnya kembali merengkuh gelar juara Liga Inggris, setelah terakhir kali melakukannya lebih dari 20 tahun lalu. Bukan mustahil juga lini pertahanan mereka bisa terus tampil solid hingga memecahkan rekor 15 kebobolan sepanjang musim yang dipegang Chelsea 2004/05.

Bagaimanapun, kedua capaian itu bukan sesuatu yang gampangan. Arsenal masih harus berhadapan dengan tim-tim lain yang jarak poinnya tidak begitu jauh. Terlebih dengan munculnya kabar baru-baru ini bahwa Riccardo Calafiori dan Gabriel Maglhaes, dua defender andalan Arsenal, mengalami cedera pada jeda internasional November ini. Tiga laga berikutnya Arsenal akan menghadapi Tottenham, Bayern Munchen, dan Chelsea dalam kurun tujuh hari.

Setiap penantang juara seperti Arsenal pasti akan mendapat tekanan di dalam maupun luar lapangan, apalagi di Liga Inggris yang notabene terkenal kekomptitifannya. Bisakah Arsenal meraih gelar di musim ini dengan segenap jadwal padat dan badai cedera? Sekarang pertanyaan sudah terlontar. Biarkan Arsenal dan waktu yang kelak menjawabnya.

Share This Article
Leave a Comment